Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Thursday, April 6, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi akutansi:Pengaruh environmental disclosure terhadap earning response coefficient (ERC): Studi kasus pada perusahaan sektor industri dasar kimia dan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.


Abstract

INDONESIA:
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem pembiayaan KPRS berdasarkan akad murabahah yang diterapkan pada Bank Muamalat, khususnya pada sistem pemberian pembiayaan, pembayaran angsuran, dan penanganan pembiayaan bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan teori para ahli dengan aplikasi pelaksanaan pada Bank Muamalat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Tujuannya untuk menggambarkan secara jelas, lengkap, dan sistematis tentang fokus penelitian prosedur pemberian pembiayaan, penerimaan angsuran, dan penanganan pembiayaan bermasalah. Subyek penelitian adalah karyawan Bank Muamalat bagian marketing pembiayaan KPRS. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan. Data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer, dan sekunder. Penelitian dilakukan dengan cara observasi, wawancara, serta dokumentasi. Kemudian peneliti melakukan pencatatan, menganalisis, menyimpulkan hasil penelitian, dan memberikan rekomendasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembiayaan KPRS berdasarkan akad murabahah sudah berjalan cukup baik. Namun ada beberapa perbaikan yang harus dilakukan, diantaranya penyesuaian pada struktur organisasi dengan job description masing – masing bagian Relationship Manager Remidial, bagian personalia, bagian operasional pembiayaan, dan bagian umum yang semestinya digambarkan secara jelas posisinya dalam struktur organisasi dan bisa dijadikan evaluasi agar implementasi sistem pembiayaan dan prosedurnya dapat berjalan lebih baik lagi.
ENGLISH:
The purpose of this research is to analyze the murabaha-based KPRS financing system implemented in Muamalat Bank, especially in the financing grant system, the installments payment, and the management of bad debt credit. This study aims to compare the experts’ theories with their implementation in Bank Muamalat.
This research uses descriptive qualitative approach to describe clearly, completely, and systematically about the focus of the research procedures on financing grant system, the installments payment, and the management of bad debt credit. Research subjects are the staffs of KPRS financial payment marketing division of Bank Muamalat. This research is conducted for two months. The data for the research consists of primary and secondary data. The research is done by observation, interview, and documentation. Then the researcher takes notes, analyses, concludes the result and proposes recommendation.
The result shows that the murabaha-based KPRS financing system has run quite well. However, several aspects need improvement, such as the adjustment of the organization structure as well as its job description in the division of Relationship Manager Remedial, human resource development, financing operational, and general division. The job description needs to give a clear explanation on their position in the organization structure and it needs to be evaluated in order to improve the implementation of financing system and its procedures.

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Salah satu informasi yang dianggap relevan dalam pengambilan keputusan investasi oleh para investor adalah laporan keuangan perusahaan. Lev (1989) menyatakan bahwa laba merupakan informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Angka laba diperkirakan untuk memfasilitasi analis dan investor untuk meramalkan aliran kas di masa depan dan bertransaksi dengan risiko investasi yang relatif (Dimitropoulos, 2009). Maksud dari pernyataan tersebut adalah jumlah laba bersih diharapkan dapat digunakan untuk membantu para analisis dan para investor untuk memprediksi arus kas dan menghubungkannya dengan risiko relatif investasi. Syafrudin (2004) mengatakan bahwa investor merespon secara berbeda terhadap informasi laba akuntansi sesuai dengan kredibilitas atau kualitas informasi laba akuntansi tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan memiliki kekuatan respon (power of response). Respon pasar terhadap informasi laba dapat dilihat dari besarnya Earnings Response Coefficient (Wulandari dan Wirajaya, 2014:356). Laba yang berkualitas dapat ditunjukkan dari tingginya ketika pasar merespon informasi laba (Jang, Sugiarto, dan Siagian, 2007).
Earnings response coefficient (ERC) didefinisikan sebagai ukuran tentang besarnya  return pasar sekuritas sebagai respon komponen laba tidak terduga yang dilaporkan perusahaan penerbit saham (Scott, 2000:152). Nilai earnings response coefficient diprediksi akan semakin tinggi dalam merespon kabar baik yang dilaporkan perusahaan atau kabar buruk yang tercermin dalam laba saat ini untuk memprediksi laba di masa depan (Scott, 2000: 153) dalam (Untari dan Budiasih, 2014:2). Berdasarkan perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia, 1983, dalam Basamalah dan Johny, 2005). Hasil penelitian empiris mengenai hubungan antara returns/earnings menunjukkan bahwa meskipun informasi laba digunakan oleh investor, tetapi kegunaan dari informasi laba tersebut bagi investor sangat terbatas (Lev, 1989). Penelitian Widiastuti (2006) dalam Sayekti (2007) menemukan informativeness of earnings akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa datang. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka earning response coefficient semakin tinggi. Diharapkan jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam laporan tahunannya dapat mengurangi ketidakpastian tersebut. Dengan demikian pengungkapan informasi akan menurunkan earning response coefficient (ERC).
 Hal ini konsisten dengan Lang dan Lundlom (1993) menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/return dengan tingkat pengungkapan dalam (Kartadjumena, 2010: 2) 3 Permasalahan lingkungan juga semakin menjadi perhatian yang serius, baik oleh konsumen, investor maupun pemerintah. Investor asing memiliki kecenderungan mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses produksi yang terhindar dari munculnya permasalahan lingkungan, seperti : kerusakan tanah, rusaknya ekosistem, polusi air, polusi udara dan polusi suara. Senada denga para investor pemerintah mulai memikirkan kebijakan ekonomi makronya terkait dengan pengelolaan lingkungan dan konservasi alam (Ja’far dan Arifah, 2006) dalam (Handayani, 2010: 4). Kurnia dan Anis, (2013:1) menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas bisnis perusahaan, maka sudah selayaknya entitas bisnis bersedia untuk menyajikan suatu laporan yang dapat mengungkapkan bagaimana kontribusi mereka terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya. Berbagai hasil studi tentang pengungkapan sosial dan lingkungan telah dilakukan di berbagai negara dan dimuat di berbagai jurnal internasional (Ghozali dan Chariri, 2007). Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Menurut Suhardjanto dan Permatasari (2010: 152) kepentingan bisnis yang menunjukkan reputasi, kredibilitas, dan value added bagi perusahaan di mata stakeholder menjadi dorongan perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan hidup di annual report 4 (Eipstein dan Freedman, 1994).
Hal ini seperti dilakukan oleh PT Fajar Surya Wisesa Wisesa dalam annual reportnya. Proses produksi yang dijalankan FajarPaper merupakan perpaduan antara teknologi moderen dan upaya pelestarian lingkungan hidup. Fasilitas pembangkit listrik berkekuatan 32,5 MW dan 35 MW yang dimiliki mampu menghasilkan energi secara efisien dan hemat karena menggunakan bahan bakar gas alam dengan emisi yang lebih bersih (AR PT Fajar Surya Wisesa, 2007). Informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahan dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan nonkeuangan yang berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap stakeholders atas berbagai akitivitas perusahaan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan juga dikenal dengan istilah corporate social responsibility (CSR). Isu ekonomi, kemanusiaan, dan lingkungan menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan karena ketiga hal tersebut sangat berkaitan dengan aktivitas perusahaan (Pradipta dan Purwaningsih, 2012: 1-2) Pengungkapan lingkungan merupakan salah satu metode yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan legitimasi perusahaan karena biasanya lebih mudah untuk mengelola citra perusahaan daripada membuat perubahan yang sebenarnya untuk kinerja, operasi, dan lain-lain (Clarkson, Overreland, dan Chapple, 2011).
 Pengungkapan lingkungan merupakan bagian dari pengungkapan corporate social responsibility. Standar pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan meliputi strategi dan profil perusahaan, ekonomis, lingkungan, serta interaksi perusahaan dengan sosial 5 seperti praktik tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk (Commission on Environment and Development, 2002) dalam (Gladia, 2013: 3). Perusahaan perlu mengungkapkan informasi lingkungan hidup untuk membentuk image bahwa dalam pandangan stakeholder perusahaan memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup (Ahmad dan Sulaiman, 2004). Image ini membawa pengaruh yang positif pada investor dan stakeholder lain. Eipstein dan Freedman (1994) menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi lingkungan hidup dalam laporan tahunan. Hill dan Adam. (2007) menyatakan bahwa perusahaan selayaknya memandang corporate responsibility sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan menyelaraskan program corporate responsibility perusahaan dengan contoh produk dan image perusahaan itu sendiri (Suhardjanto dan Miranti, 2009: 2). Adanya PP No. 47 Tahun 2012 sebagai regulasi dari pemerintah mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat mempengaruhi hubungan antara kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan. Dengan diterbitkan PP tersebut, maka perusahaan seharusnya lebih terdorong untuk melakukan kegiatan corporate social responsibility-nya. perusahaan yang telah melaksanakan corporate social responsibility akan cenderung mengungkapkannya dan berusaha melaksanakan corporate social responsibility-nya dengan baik agar mendapatkan penilaian kinerja yang baik pula. corporate social responsibility dan pengungkapan yang dimaksud dalam 6 penelitian ini dikhususkan dalam bidang lingkungan karena yang menjadi tolak ukur kinerja lingkungan diukur dengan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (Kurniawan, 2014:11-12).
Untuk obyek pemilihan sampel penelitian ini adalah perusahaan yang tidak mendapat penghargaan PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup. Alasan pemilihan tersebut dikarenakan penelitian sebelumnya banyak yang menggunakan kriteria PROPER, sehingga untuk mengetahui perbedaan antara yang menggunakan kriteria PROPER dan tidak menggunakan kriteria PROPER. Penelitian sebelumnya banyak yang meneliti tentang pengaruh pengungkapan corporate social responsibilty (CSR) terhadap earning response coefficient (ERC), dan belum adanya penelitian tentang pengaruh environmental disclosure terhadap earning response coefficient (ERC). Penelitian dari Sayekti dan Wondabio (2007) dengan objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 2005 yang memberikan hasil tingkat pengungkapan informasi corporate social responsibility dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap earning response coefficient. Kartadjumena (2010) dengan objek pada perusahaan manufaktur di BEI 2008-2009, memberikan hasil bahwa secara simultan corporate social responsibilty tidak berpengaruh pada earning response coefficient dan sebaliknya hasil secara parsial menunjukkan corporate social responsibilty berpengaruh negatif pada earning response coefficient Pradipta dan Purwaningsih (2012) dengan objek pada perusahaan manufaktur yang  terdaftar di BEI tahun 2008-2010, penelitian ini menemukan bahwa luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan berpengaruh negatif terhadap earnings response coefficient. Wulandari dan Wirajaya (2014) dengan objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di BEI secara berturut-turut tahun 2011-2012 yang menemukan hasil bahwa pengungkapan corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient. Lutfi dalam Zuhroh dan Sukmawati (2003) tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara praktik pengungkapan laporan sosial dan lingkungan terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan Indah, (2001) dan Rasmiati, (2002) dalam Zuhroh et al, (2003) yang juga tidak menemukan pengaruh yang siginifikan dari pengungkapan sosial dengan volume perdagangan saham. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa belum ada keyakinan dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian tentang pengaruh environmental disclosure terhadap earning response coefficient yang diukur dengan menghitung besarnya kekuatan harga saham dalam merespon laba akuntansi menarik untuk dilakukan. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Yosefa Sayekti dan Wondabio. (2007) dengan sampel lain yaitu perusahaan manufaktur yang listing di BEI.
Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya, perbedaannya terletak pada pemilihan populasi, waktu dan tempat penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia dan perusahaan pertambangan yang list di BEI tahun 2012-2013 Mendasari penelitian itu, dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh environmental disclosure terhadap earning response coefficient (ERC), dengan objek penelitian pada perusahaan pertambangan dan perusahaan industri dasar kimia yang tidak mendapatkan penghargaan PROPER dari Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2012-2013, dengan berpijak pada penelitian pengungakapan corporate social responsibilty terhadap earning response coefficient. Alasan pemilihan kriteria sampel penelitian adalah mengingat kedua jenis perusahaan tersebut berkaitan langsung dengan sumber daya alam dan lingkungan. Berdasarkan pemaparan penelitian terdahulu, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Environmental Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (ERC)” (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Kimia dan Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013” yang memprediksi bahwa environmental disclosure berpengaruh positif terhadap earning response coefficient (ERC) .
1.2.   Rumusan Masalah
 Sesuai dengan judul penelitian diatas, maka rumusan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:  Apakah environmental disclosure berpengaruh positif terhadap earning response coefficient (ERC)?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah environmental disclosure pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar kimia dan perusahaan pertambangan berpengaruh positif terhadap earning response coefficient (ERC).
1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu akuntansi, yaitu menjadikan penelitian ini sebagai literatur bagi mahasiswa dalam mempelajari pengaruh environmental disclosure terhadap kinerja saham suatu perusahaan.
 2. Memberikan kontribusi praktik penyajian pengungkapan lingkungan perusahaan yang terdaftar di BEI dan yang mengikuti PROPER, perusahaan harus mengungkapkan laporan tentang lingkungan untuk meningkatkan kinerja saham perusahaan dalam pasar modal.
 3. Penelitian ini juga berguna untuk memberikan wawasan bagi investor untuk dapat mempertimbangkan informasi tentang lingkungan dalam pengambilan keputusan investasi, yaitu keputusan investasi diambil dengan mempertimbangkan laporan environmental disclosure perusahaan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan yang baik.
 4. Dapat meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya mengungkapkan informasi tentang lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan mereka dan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan dan digunakan sebagai referensi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan.
1.4. Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar kimia dan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013 dan yang tidak memperoleh penghargaan PROPER di tahun 2012-2013 dari Kementerian Lingkungan Hidup serta tidak menggunakan mata uang asing dalam laporan keuangannya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi Pengaruh environmental disclosure terhadap earning response coefficient (ERC): Studi kasus pada perusahaan sektor industri dasar kimia dan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment