Abstract
INONESIA:
Pasar modal merupakan sarana penggerak perekonomian suatu Negara, karena dana dari Negara lain bisa masuk melalui investor asing. Pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan antara lain adalah: makro ekonomi, fundamental perusahaan, mikro ekonomi dan lain lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap indeks JCI (Jakarta Composite index), FBMKLCI (FTSE Bursa Malaysia Kuala Lumpur Composite Index), dan STI (Straits Times Index).
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, populasi yang digunakan adalah indeks harga saham di Asia Tenggara. Sampel yang digunakan adalah indeks JCI, FBMKLCI, dan STI. Dan dianalisis menggunakan uji asumsi klasik kemudian dilakukan uji hipotesis dengan uji t, uji F dan uji R2 dengan dibantu SPSS for Windows Versi 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap STI, akan tetapi inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap FBMKLCI, dan inflasi tidak berpengaruh terhadap JCI. Untuk variabel suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap FBMKLCI, dan variabel suku bunga tidak berpengaruh terhadap JCI dan STI. Sedangkan nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap FMBKLCI dan STI, akan tetapi nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap JCI. Berbedanya hasil yang diperoleh dikarenakan adanya perbedaan data inflasi, suku bunga, dan nilai tukar di masing-masing Negara. Sedangkan secara simultan variabel inflasi, suku bunga, dan nilai tukar secara simultan berpengaruh terhadap JCI, FBMKLCI, dan STI.
ENGLISH:
The capital market is a means of the economy of a country, since funds from other countries can enter through foreign investors. Investor considerations in decision-making include: macroeconomic, companiesfundamental, micro-economic and others. This study aimed to look at the influence of inflation, rates, and exchange rates against JCI index (Jakarta Composite index), FBMKLCI (FTSE Bursa Malaysia Kuala Lumpur Composite Index) and STI (Straits Times Index).
This type of research was quantitative, the population used the index of stock prices in Southeast Asia. The sample used an index of JCI, FBMKLCI, and STI. And analyzed using classical assumption test and then test the hypothesis with t test, F test and R2 with the help of SPSS for Windows Version 16.0.
The results showed that the partial inflation influenced significant negative effect on STI, but inflation influenced significant positive on FBMKLCI, and inflation didn’t affect the JCI. For variable of interest rate influenced significant positive on FBMKLCI, and variable of interest rates did affect the JCI and STI. While exchange rates influenced significant negative on FMBKLCI and STI, but the exchange rate influenced significant positive effect on JCI. The different results because of differences in the inflation data, interest rates, and exchange rates in each country. While simultaneously of variable of inflation, interest rates, and exchange rate simultaneously influenced the JCI, FBMKLCI, and STI.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada kuartal ke 3 tahun
2015, kondisi ekonomi dunia masih dalam kondisi bergejolak, ini ditunjukkan
dari tingkat suku bunga Bank Sentral AS yang masih 0,25%, dan masih buruknya
ekonomi China. Karena China menjadi salah satu tolak ukur perekonomian global.
“Bank Indonesia (BI) menilai penundaan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS
The Fed merupakan gambaran kondisi ekonomi dunia sedang tidak baik dari yang
diperkirakan atau cenderung lebih buruk dari pertumbuhan ekonomi dunia tahun
lalu. Hal ini terlihat dari harga komoditas yang diperkirakan masih akan jatuh
sampai minus 15%. "Nah kondisi itu langsung direspons pasar bahwa memang
betul kondisi ekonomi dunia tidak sebaik yang diperkirakan, artinya masih
cenderung buruk ekonomi dunia," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.”
(http://ekbis.sindonews.com
/read/1046267/33/the-fed-tahansuku-bunga-bi-nilai-ekonomi-dunia-buruk) Untuk
negara berkembang tetap ada tekanan, sehingga itu berdampak kepada Indonesia.
Dia mengungkapkan, selama ini banyak yang beranggapan jika AS menunda kenaikan
suku bunga akan bermanfaat kepada ekonomi negara berkembang. Kenyataanya,
lanjut dia, ekonomi negara berkembang justru melihat bahwa harga komoditas
masih akan turun dan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat. 2 Keadaan ini
sangat mempengaruhi ekonomi beberapa negara, baik ekonomi negara berkembang
atau negara maju seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Dalam menilai ekonomi
suatu negara banyak aspek yang dilihat terutama pasar modal. Pasar modal
mempunyai peranan penting pada perekonomian suatu negara, dikarenakan pasar
modal mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Dalam
fungsi keuangan, pasar modal memberikan kesempatan bagi para investor untuk
memperoleh keuntungan dari dana yang di investasikan. Sedangkan dalam fungsi
ekonomi, pasar modal memberiakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua
kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki
kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh
keuntungan, sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan
dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana
dari operasi perusahaan. (Darmaji dkk,. 2011:2). Dengan adanya pasar modal di
suatu negara diharapkan bisa memberikan kestabilan ekonomi dan kesejahteraan
bagi masyarakat luas. Dalam melihat kinerja pasar modal salah satu indikatornya
adalah indeks gabungan dari beberapa saham yang beredar di satu negara. Indeks
harga saham gabungan Indonesia sendiri mengalami fluktuasi dari nilai 4121,55
pada Maret 2012 bisa mencapai titik tertinggi di nilai 5518,67 pada Maret 2015
dengan kenaikan 1397,12 poin, akan tetapi pada Agustus 2015 mengalami penurunan
pada nilai 4446,20. Adapun indeks harga saham gabungan Malaysia mengalami 3
penurunan dari 1612,74 pada Maret 2012 menjadi 1596,33 pada Agustus 2015. Sama
halnya dengan Malaysia indeks harga saham gabungan Singapura juga mengalami
penurunan dari 3040.46 pada Maret 2012 menjadi 2955,94 pada Agustus 2015.
Indeks gabungan saham adalah faktor yang penting bagi perekonomian suatu negara
karena indeks gabungan saham menjadi perhatian bagi para investor dalam
menentukan tindakan dan sikap yang akan diambil, apakah akan membeli, menahan
atau menjual sahamnya. Pada pasar modal, indeks mempunyai berbagai macam fungsi
antara lain: indikator tren pasar, indikator tingkat keuntungan, tolak ukur
kinerja portofolio, memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif,
dan memfasilitasi berkembangnya produk derivatif (Lubis, 2008:157). Fluktuasi
naik turunnya indeks gabungan saham sebagian besar terjadi disebabkan oleh
kejadian-kejadian di luar faktor fundamental perusahaan, seperti keadaan
makroekonomi yaitu laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang
(Thobarry, 2009:1-2). Kondisi inflasi, suku bunga, dan nilai tukar di Negara Indonesia,
Malaysia, dan Singapura berbeda-beda. Untuk inflasi Indonesia dan Malaysia
mengalami kenaikan, akan tetapi inflasi Singapura mengalami kenaikan selama
Maret 2012 sampai Agustus 2015.
Adapun untuk suku bunga Indonesia, Malaysia, dan Singapura semuanya
mengalami kenaikan selama Maret 2012 sampai Agustus 2015. Untuk nilai tukar
sendirir di Indonesia, Malaysia, dan Singapura semuanya mengalami depresiasi
selama Maret 2012 sampai Agustus 2015. Dari sisni bida dilihat kondisi makro
ekonomi di masing-masing Negara berbeda, di Indonesia 4 dan Malaysia kondisi
makro ekonomi sam-sama mengalami pertumbuhan selama periode pengamatan, adapun
kondisi makro ekonomi Singapura mengalami perlambatan. Pada bulan September
2015, berkenaan adanya pengumuman penundaan kenaikan suku bunga Bank central AS
yang terjadi pada tanggal 16 September 2015. Sehingga peneliti dapat melihat
pengaruh suku bunga terhadap Indeks. Grafik 1.1 Indeks JCI, FBMKLCI, dan STI
bulan September2015 Sumber : tradingeconomics.com, 2016 (diolah) Di lihat dari
data indeks JCI, FBMKLCI dan STI bulan September dapat dilihat pengaruh
penundaan kenaikan suku bunga The Fed. Satu hari setelah pengumaman tersebut
dikeluarkan pada 16-09-2015 pasar modal di Indonesia, Malaysia, dan Singapura
mengalami kenaikan indeks pada hari pertama. Dengan Presentasi +1.06 %.
Sedangkan pasar modal Malaysia mengalami kenaikan indeks pada hari pertama,
dengan presentasi +2.09%. Adapun pasar modal Singapura juga mengalami kenaikan
dengan presentasi sebesar +0.94%. Ini menunjukkan 1,000.000 1,500.000 2,000.000
2,500.000 3,000.000 3,500.000 4,000.000 4,500.000 5,000.000 9/1/15 9/8/15
9/15/15 9/22/15 9/29/15 JCI FBMKLCI STI 5 bahwa benar tingkat suku bunga juga
berpengaruh dalam fluktuasi naik turunya indeks pasar modal suatu Negara.
Inflasi adalah kecenderungan satu atau dua harga barang yang mengakibatkan
kenaikan juga terhadap harga-harga barang lainnya, akan tetapi tidak diartikan
inflasi ketika hanya satu atau dua barang saja yang mengalami kenaikan
(Boediono, 2001:155). Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:381-382)
mengemukakan bahwa inflasi adalah meningkatnya harga barang secara umum atau
keseluruan yang berlaku dalam suatu perekonomian negara. Menurut Samuelson dan
Nordhaus (2004:190) suku bunga merupakan jumlah bunga yang harus dibayar per
unit waktu dari jumlah dana yang dipinjamkan. Sedangkan menurut Kasmir
(2008:131) Bunga bank adalah sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produkanya.
Sukirno (2003:23) mengatakan bahwa kurs (nilai tukar) adalah suatu nilai yang
digunakan untuk melihat jumlah nilai mata uang dalam negeri yang dibutukan
untuk mendapatkan satu nilai mata uang asing. Sedangkan menurut Nopirin
(1997:137), mengemukakan bahwa nilai tukar adalah harga dari pertukaran antara
dua mata uang yang berbeda dengan perbandingan nilai/harga tertentu. Pada
penelitian terdahulu kurs oleh Abid (2009), Amin (2012), Kewal (2012), dan
Jayanti, Darminto, dan Sudjana (2014) diketahui bahwa kurs berpengaruh negatif
terhadap IHSG Indonesia.
Akan tetapi penelitian
Dirapradja dan W. (2014) diketahui bahwa kurs berpengaruh positif terhadap IHSG
6 Indonesia, dan tidak berpengaruh terhadap IHSG Malaysia. Pada penelitian
inflasi oleh Abid (2009) dan Dirapradja dan W. (2014) di peroleh hasil bahwa
inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG Indonesia dan Malaysia, sedangkan
pada penelitian Amin (2012), Kewal (2012), dan Jayanti, Darminto, dan Sudjana
(2014) inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG Indonesia. Akan tetapi
penelitian Dirapradja dan W. (2014) diketahui bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap IHSG Malaysia. pada penelitian suku bunga oleh Abid (2009), dan Kewal
(2012) di peroleh hasil bahwa suku bunga tidak berpengaruh terhadap IHSG Indonesia,
sedangkan pada penelitian Amin (2012), Dirapradja dan W. (2014) diperoleh hasil
yang berbeda yakni suku bunga berpengaruh positif terhadap IHSG Indonesia dan
Malaysia, akan tetapi penelitian yang terbaru oleh Jayanti, Darminto, dan
Sudjana (2014), dan Dirapradja dan W. (2014) diperoleh hasil yang berbeda juga,
yaitu suku bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG Indonesia. Dari beberapa
penelitian tersebut ada 3 variabel yang sering di teliti, yakni: inflasi, suku
bunga, dan kurs.
Dari 3 variabel yang selalu
diteliti dari 4 penelitian, diperoleh hasil yang sangat berbeda tentang
pengaruh inflasi dan suku bunga terhadap IHSG. Ini berbeda dengan hasil inflasi
dan suku bunga, hasil dari kurs selalu berpengaruh negatif terhadap IHSG. Dari
penelitian yang sudah dilakukan, dengan berbedanya hasil yang diperoleh tentang
variabel inflasi dan suku bunga terhadap IHSG. Peneliti ingin meneliti lebih
lanjut tentang variabel inflasi dan suku bunga. Karena masih berbedanya hasil
yang dikemukakan oleh penelitian terdahulu. Dan peneliti menambahkan variabel
nilai tukar (kurs). walau hasil dari variabel kurs terhadap 7 IHSG sama yakni
berpengaruh negatif akan tetapi penelitian tersebut dilakukan pada objek IHSG
saja atau yang dikenal juga sebagai JCI (Jakarta Corporate Index), Persamaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu ada pada variablenya yang berupa
variabel inflasi, suku bunga dan nilai tukar. Dan kebaruan pada penelitian ini
terletak pada objek pengambilan sampel yaitu Indonesia, Malaysia, dan
Singapura. Alasan peneliti mengambil objek Indonesia, Malaysia, dan Singapura,
karena peneliti ingin melihat pengaruh variabel makro ekonomi terhadap indeks
pasar modal di negara maju dan berkembang. Dengan Indeks-nya yang bernama JCI,
FBMKLCI, dan STI. Sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Variabel
Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Indonesia,
Malaysia, Dan Singapura (Periode 2012-2015)”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah variabel makro
ekonomi (inflasi, suku bunga, dan nilai tukar) berpengaruh secara parsial
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura?
2. Apakah variabel makro
ekonomi (inflasi, suku bunga, dan nilai tukar) berpengaruh secara simultan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengaruh variabel makro ekonomi (inflasi, suku
bunga, dan nilai tukar) secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di
Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
2. Untuk menjelaskan
pengaruh variabel makro ekonomi (inflasi, suku bunga, dan nilai tukar) secara
simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia, Malaysia, dan
Singapura.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat dalam berbagai aspek, antara lain:
1. Bagi Akademik ·
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi mahasiswa yang
akan meneliti di masa yang akan datang, · Penelitian ini dapat menjadi pengaplikasian teori, dan ilmu yang
sudah didapatkan.
2. Bagi Investor · Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu
sumber informasi bagi investor dalam mengambil keputusan.
3. Bagi Pihak Lain · Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
pemerintah dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan di bidang pasar
modal.
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini membahasa tentang inflasi, suku
bunga, nilai tukar, dan indeks harga saham gabungan di Negara Indonesia,
Malaysia, dan Singapira yakni: Jakarta Composite Index (JCI), FTSE Bursa
Malaysia Kuala Lumpur Composite Index (FBMKLCI), dan Straits Times Index (STI)
saja
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen : Analisis pengaruh variabel makro ekonomi erhadap indeks harga saham gabungan di bursa Indonesia, Malaysia, dan Singapura (periode 2012-2015). Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment