bstract
INDONESIA:
Untuk meningkatkan kinerja pegawai perlu diperhatikan latar belakang pendidikan pegawainya baik secara formal maupun non formal dan sesuai dengan bidang atau jenis pekerjaan yang sudah diampunya. Selain pendidikan, juga perlu diperhatikan mengenai faktor motivasi kerja pegawai. Jika faktor motivasi kerja pegawai tinggi maka akan berdampak baik kepada kinerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penentuan sampel menggunakan metode sampling jenuh. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai Bagian Tata Usaha Assisten Administrasi Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Malang, sebanyak 42 responden. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini secara simultan menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel sebesar 5,011 > 3,33 dengan signifikansi sebesar 0,012 < 0,05. Dengan ini nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel dan signifikansi di bawah 0,05 menunjukkan bahwa secara bersama-sama Latar Belakang Pendidikan (X1) dan Motivasi Kerja (X2) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y). Dan secara parsial (X1), didapatkan t-hitung sebesar 2,436 dengan signifikasi t sebesar 0,020. Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,436>1,69913) atau signifikasi t lebih kecil dari 5% (0,020<0,05), maka secara parsial variabel Latar Belakang Pendidikan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y). Dan secara parsial (X2) thitung sebesar 2,089 dengan signifikasi t sebesar 0,043. Karena thitung lebih besar dari pada ttabel (2,436>1,69913) atau signifikasi t lebih kecil dari 5% (0,043<0,05), maka secara parsial Variabel Motivasi Kerja (X2) berpegaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y). Dari uji dominan bahwa Latar Belakang Pendidikan (X1) berpengaruh paling dominan terhadap Kinerja Pegawai (Y), dengan nilai koefisien beta 0,348, sedangkan nilai koefisien beta untuk Motivasi Kerja sebesar0,298.
ENGLISH:
To improve employee’s perfomance needed to concern in the background of the education of the employee in formal education and non formal education also based on the sector and kind work which is prop up. In addition to education, it has to be focused in the employee’s work motivation. If worker has high work motivation so it will give a good effect in his performance. The research is purposed to know the influence of education background and work motivation of the employee.
The research use quantitative approach. Sample choosen using surfeited sampling metode. This sample in this research is in the devision of secretariat administration assistant administrative in district administrasion goverment of Malang, there are 42 respondents. Data analysis which used in the research is double linier regression analysis.
Result of the research according to simultant show value of Fcount > Ftable in the amount of 5,011 > 3,33with significantion in 0.012 < 0,05 show that Fcount is bigger than Ftable and signification under 0.05 show that way in the same time of the Educational Background (X1) and Work Motivation (X2) have a positive influence and sicnificant to Employee’s Performance (Y). And partially (X1), got by t-count as 2.436 with significant t as 0.020. because t-count is bigger than t-table (2.436 > 1.69913) or significant t is smaller than 5% (0.043 <0.05), so as variable partial of Work Motivation (X2) influence in significant of the Work Performance (Y). From domian test that Education Backgound (X1) hase the most influence in Employee’s Perfomnce (Y), with the value of beta coefficient 0.348, whereas value of beta coeffitien to the Work Motivation as 0.298.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Sumber daya manusia mempunyai peran penting dalam menentukan
keberhasilan suatu organisasi. Semua potensi sumber daya manusia sangat
berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuannya. Untuk
menciptakan kinerja yang diharapkan, dibutuhkan adanya faktor-faktor motivasi
kerja yang optimal dan kemampuan kerja yang baik. Menurut Hasibuan,
Malayu(2006:108) menyatakan bahwa, “faktor motivasi (motivation factor) adalah
faktor yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna
dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap
pribadi yang secara langsung bekaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang
empuk, ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat dan lain sebagainya”. Menurut
teori dua faktor menurut Herzberg, faktor motivasi atau pemuas terdiri dari
pengakuan, tanggung jawab, prestasi, pekerjaan itu sendiri dan pengembangan.
Sedangkan dari faktor pemeliharaan terdiri dari teknik supervisi, Kebijaksanaan
dan administrasi perusahaan, gaji dan kondisi kerja.Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh Stoner dalam Soekidjo (2009:125) “kinerja seorang tenaga kerja
atau pegawai dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan dan faktor persepsi.
Kemampuan didapatkan dari tingkat pendidikan yang gunanya untuk mencapai suatu
keberhasilan yang diharapkan dari sebuah organisasi”. Kinerja merupakan hasil
dari 2 kemampuan karyawan yang ditimbulkan dari motivasi dalam melakukan
pekerjaan.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Veithzal (2009:548)
menyatakan “kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Kinerja
merupakan hasil kerja dari pegawai yang ditimbulkan dari motivasi dan tingkat
pendidikan yang memadai dalam upaya perusahaan (kantor) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan”. Dalam meningkatkan kinerja pegawai dan untuk memotivasi
pegawai dalam bekerja adalah melalui pendidikan. Tingkat pendidikan yang
ditempuh dan dimiliki oleh seseorang pada dasarnya merupakan usaha yang
dilakukan dapat memperoleh kinerja yang baik. Menurut Hasbullah (2009:12)
menyatakan bahwa “pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai nilai-nilai kebudayaan dan masyarakat”. Lebih lanjut
Hasbullah menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. Pendapat lain
tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh John S. Brubacher yang dikutip
Sumitro (2004:17) menyatakan bahwa “pendidikan adalah proses dalam mana
potensi-potensi, kemampuan-kemampuan, kapasitas-kapasitas manusia yang mudah
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, dan digunakan oleh
manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan”.Pengertian pendidikan bila dikaitkan dengan penyiapan
tenaga 3 kerja menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005:37), menyatakan
bahwa “pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja”.Menurut
Sistem Pendidikan Nasional UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 10 dalam Tim
Pengembangan MKDK IKIP (1995:7) Semarang,mengemukakan bahwa “pendidikan terbagi
atas pendidikan persekolahan (formal) yang mencakup berbagai jenjang pendidikan
dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, sedangkan pendidikan luar
sekolah terbagi atas pendidikan non formal mencakup lembaga pendidikan diluar
sekolah, misalnya kursus, seminar, pelatihan, dan pendidikan informal mencakup
pendidikan keluarga (nilai agama, moral, etika, budaya dan adat), masyarakat
dan program-program sekolah, misalnya ceramah diradio atau televisi dan
informasi yang mendidik dalam gadget (internet, handphone, android, dll), surat
kabar atau majalah”. Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses yang
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah.Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha yang sengaja dilakukan baik langsung maupun tidak langsung yang
dijalankan seseorang untuk mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi.
Berdasarkan observasi penelitiberdasarkan sumber dari Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2012-2013, kinerja para pegawai negeri sipil
(PNS) di Bagian Organisasi ini sangat baik 4 dan bagus, bahkan sampai semua
target dapat diselesaikan dengan 100% dengan sesuai Rencana Kerja (RENJA) dan
Rencana Strategi (RENSTRA) yang telah ditetapkan pada saat ditahun sebelumnya.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan tahun 2014pegawai sumber daya aparatur
dibagian Tata UsahaSekretaeris Daerah (SETDA) Pemerintah Kabupaten(Pemkab)
Malang, dari total jumlah pegawai di bagian Tata Usahatingkat pendidikan
pegawai yang tamatan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 41,30% (19 orang), tamatan
SMA sederajat sebanyak61,90% (26 orang) dan tamatan SMP sejumlah 2,10% (1
Orang).Jadi latar belakang pendidikan pegawai Bagian Tata Usaha dilingkungan
SETDA Pemkab Malang masih didominasi oleh tamatan Sekolah Menengah, sedangkan
dalam lingkungan SETDA itu sendiri dibagi menjadi 4 Asisten pembantu, yaitu di
Asisten Pemerintahan terdiri dari (bagian pemerintahan dan umum, tata
pemerintahan desa, hukum dan pertahanan), di Asisten Perekonomian dan
Pembangunan terdiri dari (bagian perokonomian, kerjasama, administrasi
pembangunan dan pengelolaan data elektronik), di Asisten Administrasi terdiri
dari (bagian umum dan protokol, organisasi, tata usaha dan hubungan
masyarakat), sedangkan di Asisten Kesejahteraan Rakyat terdiri dari (bagian
administrasi kesejahteraan rakyat dan administrasi kemasyarakatan dan pembinaan
mental). Motivasi kerja merupakan keinginan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan oleh organisasi atau perusahaan, karena menurut Hasibuan, Malayu
(2010:141) motivasi berasal dari bahasa latin “Moreve” 5 yang berarti dorongan
dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi
tidak terlepas dari kata kebutuhan atau “needs” atau “want”. “Kebutuhan adalah
suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon”. Motivasi
kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja pegawai, sesuai yang diungkapkan
oleh Gibson dan Stoner dalam Sudarwan (2008:15) “motivasi kerja merupakan
alasanalasan, dorongan-dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia
melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu”. Oleh sebab itu, dalam rangka upaya
meningkatkan kinerja organisasi maka intervensi terhadap motivasi sangat
penting dan dianjurkan. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan,
ditemukan beberapa indikasi yang mengungkapkan gejala-gejala rendahnya motivasi
kerja pegawai, hal ini terlihat pada kurangnya disiplin kerja dimana masih
terdapat budaya kerja santai dalam waktu kerja produktif. Kerja santai
hendaknya tidak berada dalam jam kerja tetapi diluar jam kerja normal seperti
jam istirahat.
Selain itu diindikasikan
juga sebagai penyebab rendahnya motivasi kerja pegawai terlihat dari gaya
kepemimpinan seperti kurangnya kerjasama antara pimpinan dengan pegawai baik
berupa komunikasi dengan pimpinan dan kurangnya pengawasan dari pimpinan
terhadap kerja pegawai. Fenomena lain yang mengindikasikan motivasi kerja
pegawai masih rendah, terlihat dari kurangnya tanggung jawab dan ketekunan
pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti banyak tugas-tugas membuat
laporan yang tidak selesai dengan tepat waktu. Hal inilah yang perlu
diperhatikan oleh pimpinan untuk meningkatkan kinerja 6 pegawainya, agar
mendapatkan hasil kerja yang optimal sesuai yang diinginkan.
Laporan Kinerja (LKj) Bagian Tata Usaha Setda yang disusun untuk
memenuhi kewajiban dengan menyajikan dan melaporkan segala kegiatan dalam
mengemban suatu tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh pemberi delegasi
wewenang sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban kepada pimpinan.Berangkat
dari RENSTRA Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah tahun 2011-2015 dan
dilatarbelakangi dari komitmen yang dibangun dari seluruh potensi yang
dimiliki, diperoleh obyektifitas informasi penetapan indikator dan penyajian
angka-angka untuk pencapaian kinerja Bagian Tata Usaha. Kebenaran data dan
angka yang didapat diolah menjadi suatu informasi yang diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang hasil kinerja organisasi Bagian Tata Usaha. Informasi yang
disusun dalam bentuk Laporan Kinerja ini sangatlah bergantung pada sistem dan
aturan-aturan yang ada serta konsistensi terhadap komitmen yang telah dibangun
bersama. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja wajib secara terus-menerus
dikaji dan dievaluasi agar dapat diperoleh seperangkat indikator kinerja yang
benarbenar realistis dan didukung dengan sistem informasi yang memadai sehingga
Laporan Kinerja yang disusun nantinya dapat dijadikan media komunikasi yang
efektif dan efisien bagi pimpinan dalam melihat sampai sejauh mana
keputusan-keputusan strategis yang dihasilkan guna mengantisipasi
perubahan-perubahan yang terjadi disekitar organisasi.
Pengukuran kinerja dimaksudkan sebagai alat untuk mengetahui
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian visi dan misi Bagian Tata
Usaha. Pengukuran dilakukan secara sistematik berdasar indikator kinerja
kegiatan berupa masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Pengumpulan data
kinerja diperoleh dengan menggunakan formulir Capaian Indikator Kinerja Utama
(IKU). Kualitas Indikator Kinerja Utama harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut : 1. IKU dapat diukur secara objektif 2. IKU menggambarkan
hasil 3. IKU relevan dengan kondisi yang akan diukur 4. IKU cukup untuk
mengukur kinerja Pengukuran capaian kinerja adalah proses sistematis dan
berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
dalam mewujudkan visi, misi dan strategi pemerintah. Pelaporan disusun dengan
melakukan pendekatan terhadap indikator kinerja baik secara kualitatif maupun
kuantitatif yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk
melaksanakan evaluasi capaian kinerja Bagian Tata Usaha Sekreatariat Daerah,
digunakan penilaian dengan skala ordinal sebagai parameter keberhasilan atau
kegagalan dari pelaksanaan kebijakan teknis, program dan kegiatan yaitu apabila
85 keatas dikatakan sangat 8 berhasil, 70-85 dikatakan berhasil, 55-70 cukup
dikatakan berhasil dan kurang dari 55 dikatakan kurang berhasil.Pada Tahun
2014, Bagian Tata Usaha memiliki sasaran strategis yaitu terlaksananya kegiatan
tata usaha surat menyurat pimpinan secara cepat, tepat, efektif dan efisien
dengan alokasi waktu yang jelas, dan indikator kinerja tingkat efektivitas penanganan
Surat Masuk, Surat Keluar, Berita Masuk, Berita Keluar dan Berita Sandi, dengan
target 7 menit, realisasi 7 menit, tercapai 100% sehingga dapat dikatakan
berhasil. Sesuai dengan Rencana Kerja Tahun 2014, Bagian Tata Usaha Sekretariat
Daerah Kabupaten Malang melaksanakan 20 (dua puluh) kegiatan dari 5 (lima)
program. Secara keseluruhan alokasi anggaran belanja langsung untuk program dan
kegiatan pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kabupaten Malang sebesar Rp.
3.044.895.000,00 (tiga milyar empat puluh empat juta delapan ratus sembilan
puluh lima ribu rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2014.Dari total belanja tersebut,
terealisasi sebesar Rp. 2.779.766.750,00 (dua milyar tujuh ratus tujuh puluh
sembilan juta tujuh ratus enam puluh enam ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)
atau sebesar 91,29 % dan terdapat sisa belanja yang tidak terserap pada Tahun
2014 sebesar Rp. 265.128.250,00 (dua ratus enam puluh lima juta seratus dua puluh
delapan ribu dua ratus lima puluh rupiah) atau 8,71 %.Sisa belanja yang tidak
terserap sebesar Rp. 265.128.250,00 (dua ratus enam puluh lima juta seratus dua
puluh delapan ribu dua ratus lima puluh rupiah) sebagian besar menyesuaikan
dengan kebutuhan terutama dari 9 kegiatan penyediaan jasa komunikasi, sumber
daya air dan listrik serta pemeliharaan rutin / berkala kendaraan dinas /
operasional roda dua maupun roda empat. Melihat dari capaian kinerja Bagian
Tata Usaha sangat baik, untuk meningkatkan kinerja pegawai agar lebih baik lagi
perlu diperhatikan pendidikan pegawainya baik secara formal maupun non formal
dan sesuai dengan bidang atau jenis pekerjaan yang sudah diampunya.
Selain pendidikan, juga perlu diperhatikan mengenai faktor motivasi
kerja pegawai. Jika faktor motivasi kerja pegawai tinggi maka akan berdampak
baik kepada kinerjanya dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan baik. Melihat dari permasalahan yang dihadapitersebut, diduga
ada pengaruh antara latar belakang pendidikan dan motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian tentang “Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan Motivasi
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dilingkungan Assisten Administrasi Sekretariat
Daerah Pemerintah Kabupaten Malang”.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang
di atas, maka permasalahan yang di rumuskan oleh peneliti adalah :
1. Apakah variabel Latar Belakang Pendidikan (X1)dan variabel
Motivasi Kerja (X2) dapat berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Karyawan
(Y) di lingkungan Assisten Administrasi SETDA Pemkab Malang ?
2. Apakah variabel Latar
Belakang Pendidikan (X1)dan variabel Motivasi Kerja (X2) dapat berpengaruh
secara parsial terhadap kinerja karyawan (Y) di lingkungan Assisten
Administrasi SETDA Pemkab Malang ?
3. Diantara variabel Latar Belakng Pendidikan (X1) dan variabel
Motivasi Kerja (X2) tersebut manakah yang berpengaruh dominan terhadap kinerja
karyawan (Y) di lingkungan Assisten Administrasi SETDA Pemkab Malang.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui variabel
Latar Belakang Pendidikan (X1)dan variabel Motivasi Kerja (X2) dapat
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan (Y) di lingkungan
Assisten Administrasi SETDA Pemkab Malang.
2. Untuk mengetahui variabel
Latar Belakng Pendidikan (X1)dan variabel Motivasi Kerja (X2) dapat berpengaruh
secara parsial terhadap kinerja karyawan (Y) di lingkungan Assisten
Administrasi SETDA Pemkab Malang.
3. Untuk mengetahui variabel Latar Belakang Pendidikan (X1) dan
variabel Motivasi Kerja (X2) tersebut manakah yang berpengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan (Y) di lingkungan Assisten Administrasi SETDA Pemkab Malang.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pemkab Malang : Sebagai bahan masukan bagi instansi
pemerintahan khususnya pemkab Malang, tentang pendidikan dan faktor-faktor
motivasi kerja terhadap 11 kinerja pegawai, yang diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk merekrut pegawai
sumber daya aparatur dan memotivasi karyawan.
2. Bagi Penulis : Penelitian ini di harapkan selain menambah
wawasan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan dan juga di harapakan dapat
menjadi konsentrasi lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan yang di
hadapi pada dunia kerja, khususnya di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM).
3. Bagi pihak Akademisi, khususnya di Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi, UIN MALIKI Malang : Diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuaan di
masa mendatang dan memberikan kontribusi positif terhadap pihak akademisi.
4. Bagi pihak luar/umum :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pengetahuan
dan bacaan dalam perkuliahan serta referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5.
Batasan Penelitian
1. Agar penelitian lebih
terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan banyak teori-teori motivasi yang
ada, maka peneliti hanya membatasi pada masalah faktor-faktor motivasi teori
Herzbeg.
2.
Untuk latar belakang pendidikan dalam penelitian ini yang menjadi bahasan dalam
deskripsi teoritik adalah pada jenjang pendidikan formal dan pendidikan non
formal
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh latar belakang pendidikan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di lingkungan assisten administrasi sekretariat daerah Pemerintah Kabupaten Malang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment