Abstract
INDONESIA:
Kinerja lingkungan perusahaan (environmental performance) adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green). Manajemen lingkungan yang baik mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Pencapaian laba perusahaan yang semakin tinggi menandakan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut baik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kinerja lingkungan yang diukur dengan penilaian PROPER berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan rasio Return on Asset (ROA) pada perusahaan Manufaktur tahun 2011-2014.
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif deskriptif. Objek penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur pada tahun 2011-2014. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengambil data laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy. Dan variabel yang digunakan adalah variabel independen dan dependen.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji secara parsial (uji t), variabel PROPER berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan berdasarkan hasil uji secara simultan (uji F), variabel independen (PROPER) berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen yaitu profitabilitas yang diukur dengan rasio Return on Asset (ROA).
ENGLISH:
Environmental performance of a company is the company performance in creating a good environment (green). A good environmental management might improve the financial performance of a company. The achievement of higher corporate earnings in a company indicates that its financial performance is good. This study aims at examining whether the environmental performance measured by using PROPER assessment affect the profitability measured by the ratio of Return on Assets (ROA) in manufacturing company in 2011-2014.
This study is categorized as descriptive quantitative study. The object of this study is manufacturing company in 2011-2014. The data used are secondary data obtained from Indonesia Stock Exchange (BEI) by taking financial report data. The analytical method used is multiple linear regression analysis with dummy variables. And the variables used are independent and dependent variables.
The results of this study shows that based on the results of the partial test (t-test), PROPER variable positively and significantly affects the Return on Assets (ROA). On the other hand, based on the simultaneous test (F test), independent variable significantly and collectively affect the dependent variable which is profitability measured by the ratio of Return on Assets (ROA).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki era globalisasi,
perkembangan teknologi dan liberalisasi pasar modal dunia berlangsung semakin
cepat sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan di dalam kehidupan
usaha. Hal tersebut menyebabkan persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik
pasar domestik (nasional) maupun pasar global (internasional). Oleh karena itu,
banyak perusahaan berusaha memenangkan persaingan dengan meningkatkan mutu
produk/jasa, sehingga dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Perusahaan yang
tidak mempersiapkan diri untuk meningkatkan mutu kerjanya akan menemui
kesulitan dalam bersaing. Prinsip maksimalisasi laba yang ingin mencari
keuntungan maksimal justru banyak dilanggar oleh perusahaan, seperti rendahnya
manajemen lingkungan, kinerja lingkungan, dan rendahnya akan minat terhadap
konservasi lingkungan. Selama ini perusahaan dianggap banyak memberikan keuntungan
bagi masyarakat dengan melihat teori akuntansi tradisional bahwa perusahaan
harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimal
kepada masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu masyarakat menyadari akan
dampak-dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan dalam menjalankan operasinya
untuk mencapai laba yang maksimal. Oleh karena itu, masyarakat 2 menuntut agar
perusahaan memperhatikan dampak-dampak sosial yang ditimbulkan dan berupaya
untuk mengatasinya (Rakhiemah, 2009). Permasalahan lingkungan semakin menjadi
perhatian baik oleh pemerintah, investor, maupun konsumen. Investor asing
memiliki persoalan tentang pengadaan bahan baku, dan proses produksi yang
terhindar dari munculnya masalah lingkungan seperti : kerusakan tanah, rusaknya
ekosistem, dan polusi udara (Hasyim dalam Rahmawati 2012). Selain itu di
Indonesia sendiri belakangan ini banyak terdapat berbagai konflik industri
seperti kerusakan alam akibat eksploitasi alam yang berlebihan tanpa di imbangi
dengan perbaikan lingkungan ataupun keseimbangan alam dan lingkungan sekitar
seperti adanya limbah ataupun polusi pabrik yang sangat merugikan lingkungan
sekitarnya. Masyarakat menginginkan agar dampak tersebut dapat di kontrol
karena dampak sosial yang ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat sangat
besar. Pemerintah juga harus mulai memikirkan kebijakan ekonomi makronya
terkait dengan pengelolaan lingkungan dan konservasi alam. Pemerintah melalui
Kementrian Lingkungan Hidup membentuk Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) yang telah dilaksanakan mulai tahun
2002 di bidang pengendalian dampak lingkungan untuk meningkatkan peran
perusahaan dalam program pelestarian lingkungan hidup.
Kinerja lingkungan perusahaan diukur menggunakan
warna mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah hingga yang terburuk
hitam. Suratno, dkk (2006) menyatakan bahwa environmental performance adalah
kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green). Pengukuran 3
kinerja lingkungan merupakan bagian penting dari sistem manajemen lingkungan.
Hal tersebut merupakan ukuran hasil dari sistem manajemen lingkungan yang
diberikan terhadap perusahaan secara riil dan kongkrit. Selain itu, kinerja
lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan,
yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja
lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target
lingkungan (ISO 14004, dari ISO 14001). Melalui ini masyarakat akan lebih mudah
mengetahui tingkat penataan pengelolaan pada perusahaan (Rakhiemah, 2009).
Suatu perusahaan akan mendapatkan peringkat emas jika perusahaan telah secara
konsisten menunjukan keunggulan lingkungan dalam proses produksi atau jasa,
melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggungjawab terhadap masyarakat,
peringkat hijau jika perusahaan telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih
dari yang dipersyaratkan dalam peraturan melalui pelaksanaan sistem pengelolaan
lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (reduce,
reuse, recycle, dan recovery) dan melakukan tanggungjawab sosial dengan baik,
peringkat biru jika perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan
yang dipersyaratkan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan, peringkat
merah jika perusahaan tidak melakukan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
di atur dalam undang-undang dan perusahaan akan mendapatkan peringkat hitam
jika perusahaan sengaja melakukan perbuatan atau kelalaian yang mengakibatkan
pencemaran atau kerusakan lingkungan atau pelanggaran terhadap 4 peraturan
undang-undang atau tidak melaksanakan sangsi administrasi
(http://www.menhl.go.id). Perhatian masyarakat yang semakin besar terhadap
pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan antara lain dikarenakan timbulnya
dampak negatif operasi perusahaan terhadap lingkungan yang semakin tidak dapat
ditolelir. Masyarakat menghendaki agar perusahaan lebih menaruh perhatian
terhadap kegiatan yang dapat meminimalkan polusi dan menggunakan sumber daya
alam secara efektif dan efisien (Schaltegger & Synnestvedt, 2002),. Harsono
(2000) mencatat tiga permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan aktivitas
bisnis. Pertama, permasalahan lingkungan hidup, terutama di kota-kota besar,
telah dianggap berada pada tingkat yang membahayakan. Masyarakat sudah
kesulitan memperoleh air bersih dan menghirup udara segar. Penurunan kualitas
atau kerusakan alam ini lebih banyak disebabkan oleh dampak negatif aktivitas
industri. Kedua, dalam perdagangan bebas, produk disyaratkan harus bersahabat
dengan lingkungan, memaksa perusahaan harus meyusun strategi bisnis yang
menyeluruh. Aspek lingkungan tidak boleh dipandang sebagai “program sambilan”
bila perusahaan ingin mempertahankan hidupnya. Ketiga, lemahnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat telah
menumbuhkan kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sehat. Di samping itu,
tekanan politis terhadap perusahaan makin kuat akibat pemerintah mengadopsi
kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Almilia dan Wijayanto (2007) meneliti
tentang pengaruh kinerja lingkungan dan pengungkapan lingkungan terhadap
kinerja ekonomi. Kinerja lingkungan 5 diproksi berdasarkan PROPER, sedangkan
pengungkapan lingkungan dihitung menggunakan proporsi pengungkapan lingkungan yang
diwajibkan dengan yang dilaporkan. Kinerja ekonomi diukur dengan return tahunan
industri perusahaan sampel penelitian. Hasil dari penelitian tersebut adalah
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja lingkungan dengan
kinerja ekonomi. Sedangkan, pengungkapan lingkungan berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja ekonomi. Sejak pertengahan 1970-an, banyak
perusahaan industri dan jasa besar dunia yang mulai berjuang dengan konsep
pelaporan keuangan berkaitan dengan lingkungan. Perusahaan tersebut mulai
menerapkan akuntansi lingkungan. Beberapa perusahaan berusaha untuk peduli
terhadap laporan keuangan berkaitan dengan biaya lingkungan yang bertujuan
meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian
kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental cost) dan manfaat
atau efek (economic benefit). Sementara itu, beberapa lainnya bersikap pasif
bahkan cenderung untuk menghindari biaya lingkungan tersebut. Industri
manufaktur adalah industri yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan
lingkungan hidup. Betapa tidak, suara-suara yang dihasilkan dari mesinmesin
produksi dapat berpotensi menghasilkan pencemaran suara. Alat-alat transportasi
yang digunakannya dapat berpotensi menghasilkan pencemaran getaran dan debu. Pemakaian
air tanah yang berlebihan, air buangan yang belum memenuhi baku mutu, rembesan
minyak/oli, kebocoran bahan bakar berpotensi 6 menghasilkan pencemaran air.
Lalu gas-gas yang dihasilkan dapat berakibat pada pencemaran udara bila tidak
diperhatikan. Apabila industri manufaktur tidak menangani hal-hal di atas
secara baik, tentunya akan berakibat buruk pada perusahaan. Selain terancam
pencabutan izin operasi, perusahaan juga akan memperoleh banyak tuntutan dari
masyarakat sekitar maupun LSM lingkungan hidup yang akan menyebabkan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan menjadi besar. Selain itu, juga akan menutup
peluang perusahaan untuk dapat memasarkan produknya ke perusahaanperusahaan
yang terkenal ramah lingkungan. Realitanya, kini lingkungan telah menjadi
bagian yang sangat penting dalam berbisnis. Terkait hal ini, setidaknya ada dua
hal yang perlu diperhatikan, yaitu green consumerism dan lingkungan sebagai
non-tariff barrier. Green consumerism menuntut berbagai produk harus
berorientasi lingkungan dan harus dibuat melalui proses yang ramah lingkungan.
Di sisi lain, banyak negara, utamanya masyarakat Eropa, memasukkan faktor
lingkungan ke dalam perdagangan. Dan, lingkungan menjadi non-tariff barrier.
Artinya, untuk memasuki pasar dengan kedua karakteristik tersebut di atas
diperlukan kaji ulang atas kinerja lingkungan yang telah dilakukan selama ini.
Menurut Schipper dan Vincent dalam Boediono (2005), laporan keuangan menjadi
alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban
pihak manajemen. Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak- 7
pihak eksternal maupun internal yang
kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari
sumber langsung perusahaan. Suratno, dkk (2006) meneliti tentang pengaruh
kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan dan kinerja ekonomi.
Pengukuran kinerja lingkungan menggunakan skoring hasil PROPER. Pengungkapan
lingkungan menggunakan skoring pengungkapan (jika melakukan pengungkapan
lingkungan diberi skor satu, tidak mengungkapkan skor nol). Kinerja ekonomi
menggunakan return tahunan industri bersangkutan. Hasil dari penelitian
tersebut adalah terdapat pengaruh signifikan antara kinerja lingkungan dengan
pengungkapan lingkungan dan kinerja ekonomi. Pada penelitian Sarumpaet (2005)
meneliti tentang hubungan kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan. Kinerja
lingkungan diukur berdasarkan keikutsertaan perusahaan sampel dalam PROPER dan
ISO 14001 dan kinerja keuangan diukur dengan menggunakan return on asset. Hasil
dari penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara
kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan. Menurut Ikhsan (2009) kinerja
lingkungan adalah hasil yang dapar diukur dari Sistem Manajemen Lingkungan,
yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja
lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target
lingkungan. Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil yang dapat diukur dari
sistem manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya.
Kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil yang dapat diukur dari hal-hal yang
terkait dengan ukuran aset non fisik, 8 seperti prosedur, proses inovasi,
motivasi, dan semangat kerja yang dialami manusia pelaku kegiatan, dalam
mewujudkan kebijakan lingkungan organisai, sasaran dan targetnya (Purwanto,
2000). Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
adalah financial ratio, yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan.
Analisis laporan laporan keuangan dapat dilakukan dengan menghitung berbagai
macam rasio. Brigham dan Houston (2001) mengelompokkan rasio keuangan menjadi
rasio likuiditas, rasio manajemen aktiva, rasio manajemen utang dan rasio profitabilitas.
Kelebihan menggunakan financial ratio adalah kemudahan dalam perhitungannya
selama data historis tersedia.
Sedangkan kelemahannya adalah metode
tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini
disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas
dari penafsiran atau estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam
distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan
akurat. Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran
kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka timbullah pemikiran
pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai (value based). Berdasarkan pada
resume dan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti berusaha mengembangkan
dari penelitian sebelumnya yaitu variable Independen penelitian ini adalah
kinerja lingkungan yang diukur dari peringkat penilaian lingkungan (PROPER).
Sedangkan variabel Dependen penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan
yang diukur dari rasio Profitabilitas (ROA). Dan 9 sampel penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang mengikuti PROPER yang listing di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011 – 2014. Dari latar belakang di atas dan beberapa literatur
penelitian terdahulu yang penulis dapat, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: ”PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BEI TAHUN 2011-2014 ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh secara
parsial kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan?
2. Apakah ada pengaruh secara simultan kinerja
lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah
dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial
kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan
kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan
pemahaman mengenai pentingnya manajemen lingkungan dan pengaruhnya terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
2. Menambah referensi, informasi dan
pengetahuan sehingga dapat menjadi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
3. Sebagai wahana pengetahuan bagi
pengemban ilmu pengetahuan khususnya manajemen lingkungan perusahaan.
1.5 Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Periode yang
digunakan 2011-2014.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2011-2014.. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment