Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Tuesday, May 9, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Manajemen:Pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham sektoral: Study pada sektor keuangan dan property & real estate di BEI tahun 2012-2015

Abstract

INDONESIA:
Untuk menghasilkan keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan, para investor perlu melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal. Investor biasanya tidak ingin rugi atas investasinya karena mereka berinvestasi untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang sesuai dengan jumlah yang diharapkan. Berinvestasi dalam bentuk saham diambil dengan mempertimbangkan beberapa diantaranya adalah perubahan kurs valula asing, dan indeks harga saham gabungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara perubahan nilai tukar rupiah, dan Indeks Harga Saham Gabungan terhadap Indeks Harga Saham Sektor Keuangan dan Property & Real Estate baik secara individu maupun bersamaan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 data secara time series untuk variabel IHSS keuangan dan sektor Property & Real Estate (Y), nilai tukar rupiah atas US Dollar (X1), IHSG (X2) bulanan periode 2012-2015. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda, uji t, dan uji F, sedangkan uji asumsi klasik digunakan untuk menguji model dan digunakan agar memenuhi kaidah sebagai parameter penduga yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSS keuangan, sedangkan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS keuangan. Secara simultan nilai tukar rupiah dan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Keuangan. Pada sektor Property & Real Estate secara parsial tukar rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Property & Real Estate, sedangkan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Property & Real Estate. Secara simultan nilai tukar rupiah dan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap IHSS Property & Real Estate.
ENGLISH:
To produce the right investment decisions and profitable, investors would need to forecast the changes in the capital markets. Investors usually do not want to lose their investments because they invest to make a profit in the future in accordance with the expected number. Investing in shares is taken by considering some of which are foreign valula rate changes, and the stock price index. This study aimed to determine the effect of changes in the exchange rate, and the Composite Stock Price Index on Stock Price Index Financial Sector and Property and Real Estate, both individually and together.
The concludes samples in this study were 48 data time series for the variable price index, financial stocks and sectors Property and Real Estate (Y), the exchange rate on US Dollar (X1), the stock price index (X2) monthly for the period 2012 to 2015, This research use multiple linear regression analysis, t test, and test F, while the classic assumption test was used to test the model and to comply with the rules as parameter estimators good.
Based on the survey results revealed that the exchange rate does not significantly influence the financial sector stock price index, while the stock price index significant positive effect on the financial sector stock price index. Simultaneously the exchange rate and the stock price index significant positive effect on the stock price index Financial sector. In the sector of the Property and Real Estate partial rupiah significant positive effect on the stock price index Property and Real Estate sectors, while the stock price index significant positive effect on the stock price index Property and Real Estate sectors. Simultaneously the exchange rate and the stock price index significant positive effect on the stock price index Property and Real Estate sectors.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
 Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). Pasar modal sebagai sarana jual beli atas instrumen keuangan jangka panjang antara emiten dan investor. Pasar modal di Indonesia terdiri dari pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana menawarkan saham kepada masyarakat atau publik untuk pertama kalinya, sedangkan pasar sekunder, saham diperdagangkan antar investor. Investor yang akan melakukan transaksi di pasar modal memerlukan informasi dalam mengambil keputusan membeli atau menjual suatu saham. Kegiatan investasi dewasa ini mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang investasi itu sendiri. Menurut Tandelin, (2010:2), investasi adalah komitmen atas jumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Salah satu bentuk investasi yang sering dipakai oleh para investor adalah saham. Saham diartikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan ataupun perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut berhak menikmati keuntungan yang didapat perusahaan dan berhak juga ikut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Susanto dkk (2002:12), harga saham yaitu harga yang ditentukan secara 2 lelang kontiniu. Harga saham merupakan suatu indikator dari kinerja manajemen pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan terhadap investor. Harga saham yang relatif tinggi akan banyak memberikan keuntungan, yaitu memberikan citra positif bagi perusahaan. Hal tersebut dapat membuat banyak orang memilih berinvestasi pada perusahaan, dan akan membuat perusahaan memiliki modal dari luar. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar berdampak terhadap setiap jenis saham, yaitu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif. Samsul (2006:202) menjelaskan kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$ tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia, sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga sahamnya. 3 Gambar 1.1 Perubahan Nilai Tukar USD/IDR Sumber: www.bi.go.id, diakses 16 desember 2015 Indeks harga saham merupakan salah satu pedoman bagi investor dalam berinventasi. Salah satu indeks harga saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yakni indeks yang mencerminkan kondisi harga saham dari seluruh perusahaan tercatat. Adapun pergerakan IHSG sepanjang periode 2013-2015. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator untuk memantau pergerakan harga seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983. pengertian IHSG menurut Widoatmodjo (2005:189) Ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomenafenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market). Menurut Ang (1997:146) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang 4 tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan lain-lain. Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham.
 Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik (Situmorang, 2008:137). Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995. Indeks Sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh NEJ yang disebut 5 JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah: 1. Sektor Utama (industri yang mengahasilkan bahan baku) : Sektor pertanian, Sektor pertambangan 2. Sektor Kedua (industri pengolahan atau manufaktur) : Sektor Industri Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor Industri Barang Konsumsi 3. Sektor Ketiga (jasa) : Sektor Properti dan Real Estate, Sektor Transportasi dan Infrastruktur, Sektor Keuangan, Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi Gambar 1.2 Performance Indeks Harga Saham Sektoral Sumber: www.seputarforex.com, diakses 13 desember 2015 Selama sepekan lalu IHSG tercatat melemah sebesar 1.47%, dan ditutup di level 5,410.64. dana asing masih banyak keluar masuk dengan mencatatkan jual bersih sebesar Rp 2.6 triliun, sentimen di domestik masih minim, ditengah penguatan harga minyak dunia serta pelemahan beberapa saham emiten berkapitalisasi besar, seperti ASII, dan PGAS. Kebijakan pemerintah yang sedikit banyak merugikan PGAS, membuat kinerja saham PGAS, turun hingga ke level 6 4,340 di pekan lalu. Hampir seluruh sektor tertekan, dengan pelemahan terbesar berasal dari sektor, Barang Konsumsi (-2.59%), pertambangan (-2.01%) dan Pertanian (-2.09%). Hanya sektor properti saja yang berhasil meningkat sebesar 0.02%. Pada awal tahun 2012 nilai tukar rupiah sempat menguat yaitu dari 9109.14 pada bulan Januari kemudian mengalami apresiasi di bulan Februari menjadi 9025.76 pada saat yang bersamaan indeks harga saham sektor perbankan dan properti & real estate justru menurun dari 229.254 di bulan Januari menjadi 217.167 di bulan Februari. Namun pada bulan-bulan selanjutnya nilai tukar rupiah terus melemah bahkan sampai bulan Desember 2012 nilai tukar rupiah berada pada kisaran 9645.89, pada saat yang bersamaan indeks harga saham sektor perbankan dan properti & real estate justru berfluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan. Seperti yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei, Oktober dan Desember indeks harga saham sektor properti dan real estate mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data yang diperoleh dilapangan tidak sejalan dengan teori dari Ang (1997) yang menyatakan bahwa jika kondisi nilai tukar rupiah mendatang diperkirakan buruk, maka kemungkinan besar refleksi indeks harga saham menurun. Karena pelemahan kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal negatif bagi investor. jika mata uang suatu negara terapresiasi (rupiah menguat) atau terdepresiasi (rupiah melemah) terhadap mata uang lainnya, oleh pasar hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat perekonomian suatu negara membaik 7 ataupun memburuk. Keadaan ini pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran sehingga akan mempengaruhi harga saham tersebut. Samuelson dan Nordhaus (2004:305) menjelaskan bahwa nilai tukar merupakan harga satu mata uang dalam satuan mata uang lain yang ditentukan dalam pasar valuta asing.
 Ketika nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar, maka harga barang cenderung akan naik. Sebab nilai tukar mempengaruhi ekspor impor suatu Negara. Menguatnya mata uang rupiah terhadap dollar akan memberikan dampak posotif bagi perekonomian Indonesia, sebab harga barang di pasar cenderung menurun sehingga akan membuat daya beli masyarakat akan naik Menurut Tandelilin (2010:344), menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi. Artinya, jika inflasi menurun maka dapat memberikan sinyal positif bagi para pemodal di pasar modal. Sinyal positif ini dapat mendorong pembelian sahamsaham oleh investor, sehingga jika dilakukan secara bersamaan akan meningkatkan atau menguatkan nilai-nilai saham yang ada. Sedangkan penelitian Kewal (2012) menunjukkan bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap harga saham, hubungan kurs rupiah dan harga saham berlawanan arah, artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US$ (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham dan sebaliknya. Hasil yang penelitian yang berbeda dilakukan oleh Raharjo (2012) bahwa kurs rupiah tidak berpengaruh secara positif terhadap harga saham. Fluktuasi nilai tukar suatu mata uang juga dapat mempengaruhi kegiatan dan nilai pasar atas pasar lokal, jika perusahaan pada taraf persaingan 8 internasional, hal ini berarti harga saham perusahaan dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang karena berdampak terhadap laporan perdagangan dan modal atas keseimbangan pembelian dalam negeri. Suseno (1990) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah yang relatif rendah terhadap mata uang negara lain terutama US$ akan mendorong peningkatan ekspor dan dapat mengurangi laju pertumbuhan impor. Nilai tukar rupiah yang rendah juga akan mendorong melemahnya daya beli masyarakat yang dapat memicu kurang menariknya tingkat investasi dalam rupiah. Penguatan Rupiah memiliki setidaknya dua efek terhadap pergerakan IHSG, yaitu efek langsung dan efek tak langsung. Efek langsungnya adalah, jika Rupiah menguat maka investor asing dengan mata uang US$ akan berpikir dua kali untuk masuk ke IDX. Jika misalnya dulu hanya dengan modal US$ 1,000 seorang investor bisa dapat Rp 10.5 juta untuk belanja saham, maka kini dengan modal yang sama seorang investor hanya bisa mendapatkan Rp 9 juta. So, kalau dana yang masuk ke bursa berkurang, otomatis pasar akan lesu dan kemungkinan besar index akan melemah. Namun, teori itu nampaknya tidak terlalu berlaku bagi IDX. Prospek penguatan IHSG yang masih menjanjikan membuat investor asing tetap masuk ke Indonesia dan membanjiri bursa dengan hot money, tak peduli meski harga Rupiah sedang mahal. Statistik menunjukkan, selama bulan April 2010, dana asing yang masuk ke bursa adalah 27.1 trilyun, sedangkan dana asing yang keluar adalah 25.8 trilyun, sehingga selisih bersihnya adalah surplus 1.3 trilyun. Pada bulan maret pun, perdagangan surplus dengan nilai 4.9 trilyun. 9 Efek lainnya adalah efek tidak langsung, dimana penguatan Rupiah akan berdampak positif bagi laporan keuangan perusahaan-perusahaan anggota IDX, terutama bagi perusahaan yang memiliki banyak utang dalam nominal US$. Jika Rupiah menguat maka otomatis jumlah pinjaman beserta bunganya yang harus dibayar menjadi lebih rendah. Sehingga, pengeluaran non operasional yang disebabkan oleh selisih kurs, bisa berbalik menjadi pendapatan non operasional yang pada akhirnya meningkatkan laba bersih perusahaan. Dan memang itulah yang terjadi. Penguatan Rupiah menyebabkan banyak perusahaan mencetak pertumbuhan laba bersih yang signifikan, meski laba operasionalnya sebenarnya hanya naik sedikit atau bahkan berkurang. Indeks merupakan nilai representatif atas rata-rata dari sekelompok saham. Karena menggunakan harga hampir semua saham di BEJ dalam perhitungannya, IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling utama. Gampangnya, jika ingin melihat kondisi bursa saham saat ini, kita tinggal melihat pergerakan angka IHSG. Jika IHSG cenderung meningkat seperti yang terjadi akhir-akhir ini, artinya harga-harga saham di BEI sedang meningkat. Sebaliknya, jika IHSG cenderung turun, artinya harga-harga saham di BEI sedang merosot. Sekedar catatan, persentase kenaikan atau penurunan IHSG akan berbeda dibanding dengan kenaikan atau penurunan harga masing-masing saham. Kadang ada kalanya peningkatan atau penurunan harga saham melebihi atau bahkan berlawanan dengan pergerakan angka IHSG. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) didefinisikan sebagai indeks saham dari semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sementara indeks 10 sektoral merupakan indeks saham dari saham-saham berdasarkan sektor bisnisnya. Ada sembilan macam indeks sektoral di pasar modal Indonesia yaitu: 1) pertanian; 2) pertambangan; 3) industri dasar dan kimia; 4) aneka industri; 5) industri barang konsumsi; 6) properti dan real estate; 7) transportasi dan infrastruktur; 8) keuangan serta 9) sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh nilai tukar, indeks harga saham gabungan, indek harga saham diantaranya dikutip dari beberapa sumber yaitu : Ajeng Pangesti (2009) melakukan penelitian nilai tukar IDR/USD dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap indeks harga saham sektor keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor keuangan, indeks harga saham gabungan berpengaruh terhada indeks harga saham sektor keuangan, secara bersamaan nilai tukar dan indeks harga saham gabungan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor keuangan Fitri dan Steve (2008) melakukan penelitian IHSG terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model normal linear tidak dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antara nilai IHSG dengan nilai saham. Sedangkan cubic lag-2 inverse dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antara nilai IHSG dengan nilai saham sejak periode 10 Des 2007 sampai periode 11 Ags 2008. Cahya, suwendra, dkk (2015) melakukan penelitian nilai tukar dan inflasi terhadap indeks harga saham. Variable yang digunakan nilai tukar dan inflasi. 11 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan yang signifikan dari nilai tukar rupiah dan inflasi terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate, ada pengaruh secara parsial yang positif dan signifikan dari nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate, dan ada pengaruh secara parsial yang negatif dan signifikan dari inflasi terhadap indeks harga saham. Sholihah, Mar’atus (2014) melakukan penelitian suku bunga, inflasi, dan nilai tukar terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh negatif terhadap harga saham sektor perhotelan dan pariwisata. Sedangkan variabel inflasi dan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap harga saham. Mardiyati dan Rosalina (2013) melakukan penelitian nilai tukar, tingkat suku bunga, dan inflasi terhadap indeks harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham properti sedangkan tingkat suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham properti. Berdasarkan uji secara simultan nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham properti. Suryanto (2012) melakukan penelitian inflasi, suku bunga BI, dan nilai tukar rupiah terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
 Sedangkan suku bunga BI rate dan nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh signifikan  terhadap harga saham. Pengujian secara simultan menunjukkan inflasi, suku bunga BI rate dan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham. Tentang hubungan atau pengaruh kurs terhadap Indeks Harga Saham itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham, sedangkan Indeks Harga Saham adalah dampak simultan dari berbagai kejadian utama pada fenomena-fenomena ekonomi. Dalam perekonomian suatu Negara itu biasanya dilihat dari kurs Negara itu sendiri terhadap kurs valas. Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung Indeks Harga Saham juga akan naik, tapi bila kurs itu melemah maka Indeka Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor. Dan hubungan antara tingkat suku bunga dengan Indeks Harga Saham, apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik modal memilih menabung di Bank. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “PENGARUH NILAI TUKAR IDR/USD DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTORAL (STUDY KASUS PADA SEKTOR KEUANGAN DAN PROPERTY & REAL ESTATE PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2015)” 13 1.2.Rumusan Masalah
 Penelitian mengenai pengaruh nilai tukar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Indeks Harga Saham Sektoral tersebut perumusan masalahnya adalah:
1. Apakah ada pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham sektor keuangan baik secara individu maupun bersamaan? 2. Apakah ada pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham sektor Property & Real Estate baik secara individu maupun bersamaan?
 1.3.Tujuan Penelitian
 1. Untuk mengetahui pengaruh nilai IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham sektor keuangan baik secara individu maupun bersamaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham sektor Property & Real Estate baik secara individu maupun bersamaan
1.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan sekaligus referensi bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan tentang perekonomian Indonesia khususnya mengenai indeks harga saham sektoral;
 2. Bagi kalangan akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat, sehingga dapat menambah wawasan mengenai dunia pasar modal Indonesia dan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya.
 3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan pengambilan keputusan investasi di pasar modal. 4. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam bidang penelitian dan pasar modal, terutama pada masalah pokok penelitian.
1.5.Batasan Penelitian
 Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan dibahas dibatasi pada:
1. Nilai tukar rupiah, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar untuk tahun 2012-2015. nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar kurs awal US dollar bulanan;
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang dimaksud dalam penelitian ini adalah IHSG bulanan untuk tahun 2012-2015;

3. Indeks Harga saham Sektor Keuangan (IHSSK) dan Indeks Harga Saham Sektor Property & Real Estate, yang dimaksud dalam hal ini adalah indeks harga saham bulanan pada sektor keuangan tahun 2012-2015

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh nilai tukar IDR/USD dan indeks harga saham gabungan terhadap indeks harga saham sektoral: Study pada sektor keuangan dan property & real estate di BEI tahun 2012-2015Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment