Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Saturday, May 12, 2012

Macam - Macam Tes Kemampuan Membaca


            Beberapa jenis tes yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan membaca dapat  dikemukakan seperti berikut : 
1)      Tes cloze
            merupakan salah satu tes yang dapat dimanfaatkan untuk mengetes  kemampuan membaca (Oller, 1979; Djiwandono, 1988). Tes cloze yang pertama kali  diperkenalkan oleh Taylor (1953) semula dimanfaatkan untuk mengukur tingkat keterbatasan  teks dalam bahasa ibu, namun selanjutnya digunakan untuk mengukur kemampuan membaca,  baik dalam bahasa ibu maupun dalam bahasa kedua atau asing. Secara keseluruhan tes cloze  dapat dimanfaatkan untuk: penilaian tingkat keterbacaan dan tingkat kesulitan teks, penilaian  kemampuan membaca pemahaman, penelaahan kendala - kendala yang ada dalam teks, penilaian  kelancaran berbahasa, dan penialian efektivitas pengajaran.  Komentar yan gdapat dikemukakan sehubungan dengan pemakaian tes cloze untuk  mengukur kemampuan membaca dapat dikemukakan seperti berikut. Jika diamati apa yang  dilakukan oleh testi dalam mengerjakan tes, tampaknya apa yang dikerjakan testi kurang  mencerminkan kegiatan membaca yang sebenarnya. Proses yang terjadi dalam diri testi sewaktu  mengerjakan tes cloze lebih bersifat kognitif. Anderson (1976) menyatakan bahwa tes cloze  lebih tepat digunakan untuk keperluan eksperimen testi sangat dipengaruhi oleh kemiripan gaya  bahasanya dengan gaya bahasa yang terdapat dalam teks. Keberhasilan testi dalam mengerjakan  tes cloze juga sangat dipengaruhi oleh skemata testi terhadap isi teks. 
2)      Menceritakan kembali ;
            dapat dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan pemahaman  (baik lisan maupun tulisan). Kekurangan dari prosedur ini terletak pada ketidakekonomisannya  sebagai alat ukur, apalagi jika testi diminta untuk menceritakan kembali dalam bentuk tulis.  Selain itu, tes ini cenderung menjadi tes ingatan. Dan menceritakan kembali cenderung  mengaburkan kemampuan testi yang sebenranya. Prosedur ini dipandang cocok untuk melatih  testi dalam bahasa asing, sebab dapat mengakibatkan motivasi testi (Hidayat, 1990). 

3)      Tes meringkas ;
            sering kali juga dipakai untuk mengukur kemampuan pemahaman testi  yang bersifat global, sebab tes ini banyak melibatkan skemata dalam sebuah teks. Tes ini  menuntut testi untuk dapat memahami secara rinci dan mengungkapkan kembali pemahamannya  secara ringkas. Dalam proses meringkas testi membutuhkan kerangka berfikir tertentu, sehingga  meringkas teks yang strukturnya lazim memerlukan waktu yang relatif lebih sedikit  dibandingkan dengan yang strukturnya asing. Dengan menggunakan tes ini sulit untuk dipastikan  apakah buruk atau baiknya hasil yang diperoleh testi disebabkan oleh kesalahpahamannya  ataukah oleh ketidakmampuan dalam memproduksi kalimat (Hidayat, 1990). 
4) Tes subjektif ;
            merupakan tes yang banyak digunakan dalam mengukur kemampuan  membaca. Tes subjektif yang dimaksud adalah tes jawabannya berupa uraian, dan  penyekorannya dilakukan dengan mempertimbangkan benar salahnya uraian yang diberikan  testi. Ciri penanda tes subjektif, antara lain: (1) jumlah soal yang disusun tidak terlalu banyak.  (2) hasil yang diperolah kurang mewadahi karena jangkauan bahannya tidak terlalu luas, (3)  banyak dipengaruhi oleh faktor: bahasa yang digunakan oleh testi, kerapihan tulisan yang dibuat  oleh testi, sikap penilai terhadap terhadap testi, penyekoran bersifat relatif, jawaban sangat  penting, dipengaruhi oleh emosi pemeriksa, pertanyaan yang diajukan luas dan rumit, sedangkan  waktu yang tersedia terbatas. Tes subjektif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: ingatan  sederhana (simple recall), jawaban pendek (short answer), dan bentuk diskusi.
            Kelebihan tes  subjektif terletak pada: mudah dalam penyusunan, mudah disesuaikan dengan bahan pelajaran  yang dikehendaki, baik untuk mengukur kemampuan kognisi yang membutuhkan proses berpikir  atau bernalar tingkat tinggi. Kekurangan tes subjektif dapat dilihat dari segi: isi/bahan (jumlah  butir soal biasanya terbatas), pemeriksa (korektor sering kali terpengaruhi oleh faktor  subjektivitas), testi (dapat mengelabui korektor dengan memberikan jawaban yang panjang),  pemeriksaan (sangat banyak memakan waktu) (Harris, 1969; Lado, 1962; Valute, 1967).  Komentar tentang pemanfaatan tes subjektif untuk mengukur kemampuan membaca dapat  dikemukakan seperti berikut. Apa yang dikerjakan testi dalam tes subjektif dapat dikatakan  mendekati kegiatan membaca, yakni diawali dengan upaya penggalian informasi dan diikuti  dengan pengungkapan hasil penggalian informasi (pemahaman). Akan tetapi, jika pengungkapan  pemahaman dilakukan melalui bentuk diskusi, ada kemungkinan kemampuan pemahaman yang  sebenarnya akan dikaburkan oleh kemampuan mengungkapkan hasil pemahaman. Artinya, ada  kemungkinan bahwa testi memiliki kemampuan yang baik dalam memahami isi teks; tetapi  karena kemampuannya mengungkapkan tidak baik, maka hasil yang diperoleh menjadi tidak  baik. Oleh sebab itu, ada baiknya jika bentuk jawaban pendek dimanfaatkan untuk mengetes  kemampuan membaca. 
5) Tes Objektif ;
            juga merupakan tes yang banyak dipakai untuk mengukur kemampuan  membaca. Tes objektif yang dimaksud adalah tes yang cara pemerikasannya dapat dilakukan  secara objektif yang dilakukan dengan cara mencocokkan kunci jawaban dengan hasil pekerjaan  testi. Tes objektif ini terdiri atas butir - butir tes yang dapat dijawab dengan sepatah atau  beberapa patah kata atau memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Tes objektif  memungkinkan testi untuk menjawab banyak pertanyaan dalam waktu yang relatif singkat.  Sehingga bahan atau materi yang diajukan dapat menjangkau sebagian besar bahan yang  akan diujikan. Tes objektif dapat dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu : penyempurnaan,  benar salah, penjodohan, dan pilihan ganda. Kelebihan yang dimiliki oleh tes objektif, antarea  lain: diskor secara objektif dan mekanis, jangkauan bahayanya cukup luas, mudah dalam  pemeriksaannya. Kelemahan tes objektif, antara lain : sulit dalam pembuatannya, dalam  pengertian banyak menyita waktu tenaga, dan biaya, tidak dapat mengukur kemampuan proses  berfikir tingkat tinggi, memberi kesempatan bagi testi untuk berspekulasi (Harris, 1969; Lado,  1962; Valette, 1967). Tes objektif dengan berbagai ragamnya, tampaknya kurang mirip dengan  kegiatan membaca dengan sebenarnya. Namun demikian, tes ini memudahkan testi untuk  mengungkapkan jawabannya. Artinya ia tidak perlu menyusun kalimat sendiri, sehingga  kemampuannya memahami teks tidak tersamar oleh kemampuan lain.    


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment